Akulturasi
A. Pengertian
Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala
suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari
suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan
kelompok itu sendiri. Atau bisa juga di definisikan sebagai perpaduan antara
kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan damai dan serasi.
Contoh akulturasi, saat budaya rap dari negara asing
digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa
Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya. Contoh lainnya yaitu, baju
batik di Indonesia, yang digabungkan dengan model baju dari luar negri sehingga
menghasilkan baju batik modern, disini budaya batik masih tetap ada namun di
inovasikan menjadi batik modern.
Pengertian Akulturasi Dari Para Ahli:
1. Koentjaraningrat
(1996:155)
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur
dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
2. Garbarino
"Acculturation (is) the process of culture change as a
result of long term, face to face contact between two societies"
(Garbarino, 1983).
“Akulturasi (adalah) proses perubahan budaya sebagai akibat
jangka panjang, tatap muka kontak antara dua masyarakat "(Garbarino,
1983).
3. Ta Chee Beng
"Acculturation is the kind of cultural change of one
ethnic group or a certain population of ethnic group (A) in relation to another
ethnic group (B) such that certain cultural features of A become similar or
bear some resemblance to those of B" (Ta Chee Beng, 1988).
B. Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Timbulnya Suatu Proses Akulturasi
Faktor Internal (dalam), antara lain:
1. Bertambah atau
berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan
terjadinya perubahan struktur dalam masyarakat, terutama lembaga
kemasyarakatannya. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkna berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lainnya (misalnya
transmigrasi).
2.
Penemuan-penemuan baru
a. Discovery: penemuan ide atau alat baru
yang sebelumnya belum pernah ada
b. Invention : penyempurnaan penemuan baru
c. Innovation: pembaruan atau penemuan baru
yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau
mengganti yang telah ada.
Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan
kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
3. Pertentangan
(konflik) masyarakat
Pertentangan atau konflik merupakan salah satu sebab
terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan dapat terjadi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan
kelompok.
4. Terjadinya
pemberontakan atau revolusi
Adanya revolusi atau pemberontakan dalam suatu negara akan
menimbulkan perubahan.
Faktor Ekstern (luar), antara lain:
1. Lingkungan fisik
yang ada di sekitar manusia
Terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, meletusnya
gunung berapi, banjir besar, angin topan, dan semacamnya mengakibatkan
masyarakat harus meninggalkan tempat tinggalnya dan pindah ke tempat tinggal
yang baru. Mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru
tersebut.
2. Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula mengakibatkan
terjadinya perubahan karena biasanya negara yang menang dalam peperangan akan
memaksakan kebijakannya terhadap negara yang kalah.
3. Pengaruh
kebudayaan masyarakat lain
Melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi
(pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya),
asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali
baru batas budaya lama tidak tampak lagi) dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan kebudayaan.
C. Faktor-Faktor
Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
a. Faktor
Pendorong:
1. Sikap menghargai
hasil karya orang lain dan Keinginan untuk maju
2. Kontak dengan
kebudayaan lain
3. Sistem
pendidikan formal yang maju
4. Toleransi
terhadap perubahan-perubahan
5. Sistem lapisan
masyarakat yang terbuka
6. Penduduk yang
heterogen
7. Ketidak puasan
masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8. Orientasi ke
masa depan
9. Sikap mudah
menerima hal baru
b. Faktor-faktor
penghambat:
1. Kurangnya
hubungan dengan masyarakat lain
2. Perkembangan
ilmu pengetahuan yang terhambat
3. Sikap masyarakat
yang sangat tradisional
4. Adanya
kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
5. Rasa takut akan
terjadinya kegoyahan pada intergrasi kebudayaan
6. Prasangka
terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup
7. Hambatan-hambatan
yang bersikap ideologis
8. Adat atau
kebiasaan
Internakultural
A. Pengertian
Internakultural
Internakultural (komunikasi antarbudaya) menurut Stewart L.
Tubbs, adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki
kebudayaan yang berbeda (baik dalam ras, etnik, atau sosioekonomi) atau
gabungan dari semua perbedaan ini.
Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok
orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan internakultural sebagai human flow
across national boundaries. Misalnya, dalam keterlibatan suatu konfrensi
internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan
berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan
internakultural sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda
budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa
internakultural adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang
membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya
sebagai kelompok. Selanjutnya internakultural itu dilakukan:
1. Dengan
negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas
satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol
tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks
dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;
2. Melalui
pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang
terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam
proses pemberian makna yang sama;
3. Sebagai
pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena
mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
4. Menunjukkan
fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain
dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.
B. Fungsi-Fungsi
Internakultural
1. Fungsi
Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang
ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
a. Menyatakan
identitas sosial
Dalam proses internakultural terdapat beberapa perilaku
komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku
itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal.
Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial,
misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat
pendidikan seseorang.
b. Menyatakan
integrasi sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan
persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan
yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan
komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara
komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan
perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial
merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran
pesan komunikasi antarbudaya adalah saya memperlakukan anda sebagaimana
kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki.
Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial
atas relasi mereka.
c. Menambah
pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya
menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
d. Melepaskan Diri
atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk
melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi.
Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi
menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak
mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus
perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di
antara dua pihak dimaksimumkan.Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh
dua orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya.Perilaku satu orang
tercermin pada perilaku yang lainnya.
2. Fungsi
Sosial
a. Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek
internakultural di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi
saling mengawasi. Dalam setiap proses internakultural fungsi ini bermanfaat
untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini
lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin
perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu
terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
b. Menjembatani
Dalam proses internakultural, maka fungsi komunikasi yang
dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan
di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan
yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas
sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula
oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
c. Sosialisasi
nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan
memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
d. Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses
internakultural. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di
taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan
tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
C. Prinsip-Prinsip
Internakultural
1. Relativitas
bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku
paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun
1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa
memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat
berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk
akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga
akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
2. Bahasa sebagai
cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya,
makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat
nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar
perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat
mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak
kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah
persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
3. Mengurangi
ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah
ketidakpastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita
berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik
menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena
ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak
waktu dan upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara
lebih bermakna.
4. Kesadaran diri
dan perbedaan antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran
diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi
positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita
lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak
peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak
spontan, dan kurang percaya diri.
5. Interaksi awal
dan perbedaan antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal
dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi
lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan
salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi
komunikasi antarbudaya.
6. Memaksimalkan
hasil interaksi
Dalam internakultural seperti dalam semua komunikasi, kita
berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh
Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi
antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang
mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya
itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan
memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda
ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus
melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil
negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang
akan menghasilkan hasil positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi
hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal
yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut
anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakukan apa yang
menurut anda akan memberikan hasil negatif.
Sumber :
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Ed.
Baru – 41. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2001. Sosiologi untuk SMA
dan MA Kelas XII. Jakarta:
PT Gelora Aksara Pratama.
Akulturasi dan Relasi Internakultural
Akulturasi
A. Pengertian
Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala
suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari
suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan
kelompok itu sendiri. Atau bisa juga di definisikan sebagai perpaduan antara
kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan damai dan serasi.
Contoh akulturasi, saat budaya rap dari negara asing
digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa
Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya. Contoh lainnya yaitu, baju
batik di Indonesia, yang digabungkan dengan model baju dari luar negri sehingga
menghasilkan baju batik modern, disini budaya batik masih tetap ada namun di
inovasikan menjadi batik modern.
Pengertian Akulturasi Dari Para Ahli:
1. Koentjaraningrat
(1996:155)
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur
dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
2. Garbarino
"Acculturation (is) the process of culture change as a
result of long term, face to face contact between two societies"
(Garbarino, 1983).
“Akulturasi (adalah) proses perubahan budaya sebagai akibat
jangka panjang, tatap muka kontak antara dua masyarakat "(Garbarino,
1983).
3. Ta Chee Beng
"Acculturation is the kind of cultural change of one
ethnic group or a certain population of ethnic group (A) in relation to another
ethnic group (B) such that certain cultural features of A become similar or
bear some resemblance to those of B" (Ta Chee Beng, 1988).
B. Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Timbulnya Suatu Proses Akulturasi
Faktor Internal (dalam), antara lain:
1. Bertambah atau
berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan
terjadinya perubahan struktur dalam masyarakat, terutama lembaga
kemasyarakatannya. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkna berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lainnya (misalnya
transmigrasi).
2.
Penemuan-penemuan baru
a. Discovery: penemuan ide atau alat baru
yang sebelumnya belum pernah ada
b. Invention : penyempurnaan penemuan baru
c. Innovation: pembaruan atau penemuan baru
yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau
mengganti yang telah ada.
Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan
kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
3. Pertentangan
(konflik) masyarakat
Pertentangan atau konflik merupakan salah satu sebab
terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan dapat terjadi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan
kelompok.
4. Terjadinya
pemberontakan atau revolusi
Adanya revolusi atau pemberontakan dalam suatu negara akan
menimbulkan perubahan.
Faktor Ekstern (luar), antara lain:
1. Lingkungan fisik
yang ada di sekitar manusia
Terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, meletusnya
gunung berapi, banjir besar, angin topan, dan semacamnya mengakibatkan
masyarakat harus meninggalkan tempat tinggalnya dan pindah ke tempat tinggal
yang baru. Mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru
tersebut.
2. Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula mengakibatkan
terjadinya perubahan karena biasanya negara yang menang dalam peperangan akan
memaksakan kebijakannya terhadap negara yang kalah.
3. Pengaruh
kebudayaan masyarakat lain
Melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi
(pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya),
asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali
baru batas budaya lama tidak tampak lagi) dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan kebudayaan.
C. Faktor-Faktor
Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
a. Faktor
Pendorong:
1. Sikap menghargai
hasil karya orang lain dan Keinginan untuk maju
2. Kontak dengan
kebudayaan lain
3. Sistem
pendidikan formal yang maju
4. Toleransi
terhadap perubahan-perubahan
5. Sistem lapisan
masyarakat yang terbuka
6. Penduduk yang
heterogen
7. Ketidak puasan
masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8. Orientasi ke
masa depan
9. Sikap mudah
menerima hal baru
b. Faktor-faktor
penghambat:
1. Kurangnya
hubungan dengan masyarakat lain
2. Perkembangan
ilmu pengetahuan yang terhambat
3. Sikap masyarakat
yang sangat tradisional
4. Adanya
kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
5. Rasa takut akan
terjadinya kegoyahan pada intergrasi kebudayaan
6. Prasangka
terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup
7. Hambatan-hambatan
yang bersikap ideologis
8. Adat atau
kebiasaan
Internakultural
A. Pengertian
Internakultural
Internakultural (komunikasi antarbudaya) menurut Stewart L.
Tubbs, adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki
kebudayaan yang berbeda (baik dalam ras, etnik, atau sosioekonomi) atau
gabungan dari semua perbedaan ini.
Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok
orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan internakultural sebagai human flow
across national boundaries. Misalnya, dalam keterlibatan suatu konfrensi
internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan
berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan
internakultural sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda
budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa
internakultural adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang
membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya
sebagai kelompok. Selanjutnya internakultural itu dilakukan:
1. Dengan
negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas
satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol
tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks
dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;
2. Melalui
pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang
terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam
proses pemberian makna yang sama;
3. Sebagai
pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena
mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
4. Menunjukkan
fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain
dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.
B. Fungsi-Fungsi
Internakultural
1. Fungsi
Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang
ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
a. Menyatakan
identitas sosial
Dalam proses internakultural terdapat beberapa perilaku
komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku
itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal.
Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial,
misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat
pendidikan seseorang.
b. Menyatakan
integrasi sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan
persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan
yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan
komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara
komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan
perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial
merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran
pesan komunikasi antarbudaya adalah saya memperlakukan anda sebagaimana
kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki.
Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial
atas relasi mereka.
c. Menambah
pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya
menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
d. Melepaskan Diri
atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk
melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi.
Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi
menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak
mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus
perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di
antara dua pihak dimaksimumkan.Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh
dua orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya.Perilaku satu orang
tercermin pada perilaku yang lainnya.
2. Fungsi
Sosial
a. Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek
internakultural di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi
saling mengawasi. Dalam setiap proses internakultural fungsi ini bermanfaat
untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini
lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin
perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu
terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
b. Menjembatani
Dalam proses internakultural, maka fungsi komunikasi yang
dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan
di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan
yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas
sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula
oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
c. Sosialisasi
nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan
memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
d. Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses
internakultural. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di
taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan
tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
C. Prinsip-Prinsip
Internakultural
1. Relativitas
bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku
paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun
1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa
memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat
berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk
akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga
akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
2. Bahasa sebagai
cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya,
makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat
nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar
perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat
mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak
kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah
persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
3. Mengurangi
ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah
ketidakpastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita
berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik
menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena
ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak
waktu dan upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara
lebih bermakna.
4. Kesadaran diri
dan perbedaan antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran
diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi
positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita
lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak
peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak
spontan, dan kurang percaya diri.
5. Interaksi awal
dan perbedaan antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal
dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi
lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan
salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi
komunikasi antarbudaya.
6. Memaksimalkan
hasil interaksi
Dalam internakultural seperti dalam semua komunikasi, kita
berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh
Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi
antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang
mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya
itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan
memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda
ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus
melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil
negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang
akan menghasilkan hasil positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi
hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal
yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut
anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakukan apa yang
menurut anda akan memberikan hasil negatif.
Sumber :
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Ed.
Baru – 41. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2001. Sosiologi untuk SMA
dan MA Kelas XII. Jakarta:
PT Gelora Aksara Pratama.